Ibnu Hajar lahir pada tanggal 22 Sya’ban 773 H atau 28 Februari 1372 M
di Mesir. Nama lengkapnya adalah Syihabuddin Abu Fadhal bin Nurudin Ali
bin Muhammad bin Hajar al-Asqalany. Penyebutan al-Asqalani adalah
nisbat kepada sebuah tempat bernama Asqallan. Nenek moyangnya kembali ke
Asqallan ketika Shalahuddin al-Ayyubi menguasai Mesir pada 587 H atau
1191 M.
Ibnu Hajar menjadi yatim piatu sejak berusia 4 tahun. Sebelum wafat,
ayahnya berwasiat kepada kawannya yang bernama Zakiuddin Abu Bakar
al-Kharubi, seorang saudagar yang kaya, untuk memelihara dan mendidik
putranya. Dibawah asuhannya, Ibnu Hajar tumbuh menjadi anak yang sehat
dan cerdas. Ia memiliki kekuatan menghafal yang luar biasa. Surat
Maryam, yang berjumlah 88 ayat, dihafalnya dalam tempo satu hari,
sedangkan kitab al-Quran telah dihafalnya dalam usia 7 tahun (menurut
sumber lain 9 tahun). Saat berusia 11 tahun ia naik haji ke Mekah dan
sejak itu ia mulai tertarik belajar hadits.
Di Mekah ia belajar hadits kepada seorang ulama hadits bernama Afifudin al-Nusyawari. Kajian utamanya adalah kitab Shahih Bukhari. Ia juga mempelajari kitab Imdat al-Ahkam
karya Abdul Ghani al-Maqdisi dibawah bimbingan Abu Hamid Muhammad bin
Zhahirah. Ibnu Hajar kemudian melanjutkan studinya ke Mesir dan mengkaji
kembali kitab Shahih Bukhari kepada Abdul Rahim bin Razin. Di Mesir ia
menghisap ilmu-ilmu agama yang dimiliki ulama-ulama terkenal.
Pada tahun 802 H ia melawat ke negeri-negeri muslim seperti Damaskus,
Mekah, Madinah, Iskandariyah, Yaman, dan lainnya. Di negeri-negeri itu
ia belajar berbagai disiplin ilmu agama lainnya disamping banyak
berdiskusi tentang berbagai masalah. Diantaranya ilmu musthalah hadits
ia pelajari dari Abu Fadhl ar-Rahim al-Husain al-Iraqi, yang sangat
kagum dengan kepandaian Ibnu Hajar. Menjelang wafatnya Abu Fadhl ditanya
tentang siapakah orang yang paling mumpuni dalam hadits dan ilmu
hadits, dengan tegas dijawabnya Ibnu Hajar, kemudian Zur'ah dan
al-Haitsami.
Dengan ilmu yang dimilikinya, Ibnu Hajar ditawari untuk mengajar di
Syaikuniyah, madrasah Jamalia, dan al-Mankutimuriyah. Ia mulai mengajar
hadits dan ilmu hadits pada bulan Syawal 808 H atau Maret 1406 M. Selain
itu karena kedalamannya dalam ilmu fiqh, ia pun diangkat menjadi qadhi
atau hakim, jabatan yang dipegangnya selama 20 tahun.
Ibnu Hajar termasuk ulama yang sangat produktif. Karya-karyanya tidak
kurang dari 100 kitab dari berbagai masalah agama. Bahkan menurut
muridnya, karya beliau mencapai 270 kitab. Yang terkenal adalah Fathul Bari, yang merupakan syarah kitab Shahih Bukhari dengan ketebalan sekitar 6000 halaman. Karya lainnya yang terkenal diantaranya; al-Ishabah fi Tamyuzis Shahabah yang berisi biografi para sahabat nabi Muhammad saw, Tahdzibut Tahdzib dan Lisanul Mizan, yang berisi biografi para rijalul hadits, Bulughul Maram yang berisi hadits-hadits hukum, Athrafus Shahihain, Nukhbatul Fikar fi Musthalah Ahlul Bukhari, dan lain-lain.
Ibnu Hajar wafat di Mesir pada bulan Dzulhijjah 852 H/Juni 1449 M dalam usia 79 atau 77 tahun.